Tentang Rindu
Tidak kah terlalu cepat waktu ini berlalu...
Bisakah aku kembali ke kehidupan kecil ku dulu, walau hanya sekedar untuk mengenang dan bernostalgia bersama kenangan. Karna begitu banyak hal yang ingin ku ingat dan ku lakukan kembali bersama orang-orang yang pernah menemani masa kecil ku.
Ya Allah ternyata rindu itu menyakitkan.
Perjalanan menuju dewasa banyak meninggalkan kisah yang berbuah rindu.
Kehidupan orang dewasa ternyata tak sebersahabat yang ku pikirkan dulu, begitu banyak krikil dan lubang yang terkadang membuat siapa saja terjatuh, dan sulit sekali untuk bangun dan kembali berjalan.
Ya allah aku rindu saat tinggal di kota santri, walau aku bukanlah termasuk golongan santri yg berhasil tapi rasanya bangga pernah berada di lingkungan mereka.
Suasana malam yang selalu di penuhi dengan cerita dan gelak tawa dari teman seasrama yang berasal dari berbagai daerah.
Sore hari ketika ribuan santri berjalan menuju masjid, dan tidak sedikit terlihat kaki-kaki yang tak menggunakan sendal rasanya menjadi pemandangan khas setiap berangkat ke masjid, namun itu bukan masalah karna setiba di masjid kami selalu mencuci kaki kembali agar kembali bersih dan suci ketika hendak memasuki masjid. Rindu mendengar alunan solawat yang merdu nan menyejukan hati.
Rindu suasana makan bersama, ngobrol ngaler ngidul di temani suasana sore yang begitu tenang dan suara angin yang khas ketika bersentuhan dengan dedaunan.
Ya Allah tentulah itu bukan pengalaman biasa, sejuknya pegunungan, serunya saat bermain dan belajar berternak sapi, berkebun, ah rasanya hati ini tak kuat jika mengenang semua itu. Apalagi ketika mengaji dengan bapa, kami selalu di hibur di tengah-tengah pengajian dengan lelucon-leluconnya, sosok yang di hormati dan di kagumi oleh setiap santri, semoga beliau selalu dalam lindungan Allah SWT.
Ya setidaknya dengan tulisan ini bisa menuangkan rasa kerinduan ku terhadap itu semua, bagaimanapun waktu tetaplah waktu. Tidak bisa di putar, tidak bisa di perlambat apalagi di percepat. Kita hanya harus memanfaatkan setiap detik yang Allah berikan.
Terimakasih sudah mau membaca tulisan yang entahlah apakah memberikan manfaat atau tidak bagi si pembaca, hehe...
NB : Bapa adalah panggilan untuk pa kiyai pemilik pesantren, karna sosok beliau yang seperti orangtua kami yang selalu membimbing kami.


0 komentar:
Posting Komentar